Sunday, August 1, 2010

Kisah Seorang Alim Yang bertaktik Agar Selamat


Inilah kisah salah seorang ulama Bani Israil. Orang-orang yang tersesat dari kaumnya ingin menjadikannya sandaran dalam menulis kitab palsu yang mereka buat sebagai ganti dari kitab mereka yang diturunkan dari Allah. Maka alim ini menampakkan seolah-olah dia
setuju dengan kitab palsu itu, padahal sebenarnya dia menunjuk kepada kitabullah yang digantungkan di leher di atas dadanya di balik bajunya.

NASH HADIS

Baihaqi meriwayatkan dalam Syuabul Iman dari Abdullah, bahwa ketika Bani Israil mengalami masa yang panjang dan hati mereka menjadi keras, mereka membuat kitab yang diinginkan oleh hati mereka dan dihalalkan oleh lisan mereka. Dan adalah kebenaran
menjadi penghalang bagi mereka untuk mewujudkan banyak ambisi mereka, sehingga mereka membuang kitab Allah di belakang punggung mereka seolah-olah mereka tidak mengetahui.

Dia berkata, "Tunjukkan kitab ini kepada Bani Israil. Jika mereka mengikuti kalian, maka biarkanlah mereka. Jika mereka menyelisihi kalian, maka bunuhlah mereka." Dan dia berkata, "Jangan. Kirimkan dulu kepada si fulan (seorang ulama mereka). Jika dia setuju, maka yang lain pasti mengikuti."

Mereka lalu memanggilnya. Dia kemudian mengambil kertas dan menulis di dalamnya kitabullah, kemudian memasukkannya ke dalam sebuah tanduk dan dikalungkan di lehernya. Dia menutupinya dengan baju, kemudian mendatangi mereka. Mereka menunjukkan
kitab kepadanya. Mereka bertanya kepadanya, "Apakah kamu beriman kepada kitab ini?" Lalu dia menunjuk dadanya (yakni, kitab yang tersimpan di dalam tanduk). Dia menjawab, "Aku beriman kepada ini. Mengapa aku tidak beriman kepada ini?" Mereka lalu melepaskannya.

Dia berkata, "Laki-laki ini mempunyai kawan-kawan yang datang kepadanya. Manakala ajal menjemputnya, mereka mendatanginya. Mereka melepas pakaiannya. Mereka menemukan tanduk yang berisi kitab. Mereka berkata, "Apakah kalian tahu ucapannya, 'Aku beriman
kepada ini. Mengapa aku tidak beriman kepada ini?' Yang dia maksud ini adalah kitab yang ada di tanduk ini. Maka Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh kelompok lebih. Agama terbaik mereka adalah yang mengikuti pemilik tanduk ini."

TAKHRIJ HADIS

Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata tentang takhrij hadis ini dalam Silsilah Al-Ahadis As-Shahihah, (6/436 no. 2694), "Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syuabul Iman (2/439/1-2) dan tanpa ragu sanadnya shahih. Akan tetapi, aku tidak berani menyatakannya marfu’ karena
ia tidak begitu jelas. Meskipun demikian, apa pun hadis ini, ia mempunyai hukum marfu’. Wallahu a'lam."

Hadis ini memiliki pendukung yang sangat singkat. Dari hadis Abu Musa Al-Asy'ari berkata Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Bani Israil menulis sebuah kitab dan membuang Taurat."

PENJELASAN HADIS

Sesungguhnya kebenaran yang Allah turunkan di dalam kitab-kitab-Nya adalah pelindung bagi umat di mana kitab itu diturunkan dari penyimpangan dan kesesatan. Akan tetapi, para pemilik jiwa yang sakit membenci kebenaran dan memusuhinya. Orang-orang dengan
kerusakan dan kejahatan yang telah mendarah daging di dalam jiwa mereka selalu ingin menyesatkan hamba-hamba Allah dengan kesesatan yang jauh. Oleh karena itu, mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyelewengkan kitab ini. Jika gagal, maka mereka membelokkan makna-makna di dalam hati dan pemikiran
manusia.

Rasulullah telah menyampaikan bahwa, ketika iman di hati Bani Israil melemah, kerusakan merajalela di lingkungan mereka, dan orang-orang dzalim lagi rusak menguasai mereka, mereka pun hendak mengganti agama Bani Israil, merubah dan menyelewengkannya,maka mereka menulis kitab yang berisi teori-teori dan prinsip-prinsip yang menyelisihi kandungan kitab mereka yang benar. Mereka hendak membawa Bani Israil agar mengikutinya dan meninggalkan yang diturunkan oleh Allah kepada mereka.

Sekelompok orang yang memiliki kekuasaan di kalangan mereka mengajak kepada penerapan kesesatan melalui cara kekuatan. Siapa yang setuju dengan mereka, maka mereka biarkan. Dan barangsiapa menyelisihi, maka dipenggal lehernya. Begitulah pengikut kekufuran dan kesesatan menerapkan prinsip-prinsip mereka dengan ujung pedang, seperti yang dilakukan oleh komunisme terhadap orang-orang yang mereka kuasai pada zaman ini. Ribuan juta orang telah dibantai demi tercapainya penerapan prinsip-prinsip mereka.

Seorang yang cerdik di kalangan Bani Israil tidak setuju dengan cara kekuatan. Dia mengusulkan kepada kawan-kawannya agar kitab ini ditunjukkan kepada salah seorang ulama mereka. Sepertinya alim ini adalah orang yang berpengaruh dan berpengikut. Jika dia setuju maka Bani Israil akan mengikuti dan berjalan di belakang
mereka.

Kelihatannya alim ini mengetahui tipu muslihat makar mereka. Ketika mereka memanggilnya, dia telah mempersiapkan diri. Dia menulis kitab yang diturunkan dari Allah dan meletakkannya di sebuah tanduk. Lalu dia menggantungkannya di lehernya dan ditutupi oleh baju yang dipakainya. Mereka menyodorkan kitab yang mereka buat kepadanya. Mereka bertanya, "Apakah kamu beriman kepada ini?" Dia menunjuk dadanya tempat tanduk penyimpan kitab tersebut, lalu dia menjawab, "Aku beriman kepada ini. Mengapa aku tidak beriman kepada ini." Mereka memahami bahwa yang dia maksud adalah kitab mereka. Mereka tidak menyadari bahwa maksudnya adalah kitab yang dia tunjuk di dadanya.

Perbuatan seperti ini pernah dilakukan oleh Najasyi yang beriman kepada Rasulullah. Dia menulis kitab yang berisi akidahnya yang benar. Manakala para pemberontak dari kalangan kaumnya mendatanginya dan menuduhnya telah merubah agamanya dan meninggalkan agama Isa, dia pun ditanya tentang akidahnya. Dia menjawab, "Inilah agamaku." Seraya menunjuk kepada kitab yang
tergantung di dadanya.

Murid-muridnya mengetahui sikapnya yang sebenarnya. Ketika dia wafat dan mereka hendak memandikannya, mereka melihat kitab di dadanya. Mereka mengetahui akidahnya yang sebenarnya. Dan yang dia maksudkan adalah kitab tersebut manakala dia berkata, "Aku beriman kepada ini, dan mengapa aku tidak beriman kepada ini."

Sesudahnya, orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh kelompok lebih, dan kelihatannya alim ini selamat di sisi Allah dengan perbuatannya tersebut Tauriyah-nya berguna baginya di sisi Allah.

Sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam telah berusaha meletakkan buku-buku di mana mereka menyelewengkan Kitabullah dengannya atau mewajibkan kaum muslimin untuk mengikutinya dan meninggalkan Al-Qur'an, atau mereka meletakkan jalan-jalan dan prinsip-prinsip yang dijadikan semacam keyakinan dan prinsip yang membelokkan arah Islam dan pengikutnya. Dan karena semua itu, maka telah banyak kaum muslimin yang tersesat. Namun Al-Qur'an tetap terjaga dan tidak tergantikan sebagaimana kitab-kitab yang lain. Dengan ini Al-Qur'an selalu menjadi batu karang kokoh yang menghadang arus kekufuran dan komunisme sepanjang sejarah.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
  1. Hadis ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi secara sengaja menyelewengkan kitab mereka, dan bahwa mereka menulis kitab yang menyelisihi Taurat. Al-Qur'an telah menyatakan peristiwa ini di beberapa ayat, seperti yang dinyatakan oleh hadis.
  2. Para pengikut kebatilan bekerja untuk mengeluarkan manusia dari agama mereka dan merusak mereka agar bisa bebas bermain nafsu syahwat dan mendzalimi manusia, serta melakukan apa yang mereka inginkan untuk mereka lakukan tanpa ada yang melarang.
  3. Seorang muslim agar bisa lolos dari kebatilan, dia boleh menggunakan seperti cara yang digunakan oleh alim tersebut dan Najasyi. Allah telah membolehkan perbuatannya. Allah telah memberi kesaksiannya bahwa golongan yang mengikuti alim ini adalah kelompok Bani Israil terbaik. Dan sepertinya Allah memaafkan orang seperti alim ini dengan perbuatan seperti itu, jika kerusakan atau keburukan telah menyebar dan berkonfrontasi dalam menghadapinya tidaklah berguna. Seandainya alim ini menghadapi kelompok yang berkuasa dengan perlawanan, niscaya kepalanya menggelinding. Seandainya Najasyi melawan kaumnya, niscaya kepala dan kerajaannya akan runtuh. Dan tanpa ragu, keberadaan alim ini dan penguasa itu di atas keyakinan keduanya mengandung banyak kebaikan. Si alim mempunyai pengikut yang teguh di atas kebenaran, sedangkan Najasyi menggunakan kekuatannya untuk menolong Islam dan menjaga kaum muslimin.
  4. Perbedaan Bani Israil menjadi tujuh puluh kelompok lebih.
Sumber:
Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata tentang takhrij hadis ini dalam Silsilah Al-Ahadis As-Shahihah, (6/436 no. 2694), "Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syuabul Iman (2/439/1-2) dan tanpa ragu sanadnya shahih. Akan tetapi, aku tidak berani menyatakannya marfu’ karena
ia tidak begitu jelas. Meskipun demikian, apa pun hadis ini, ia mempunyai hukum marfu’. Wallahu a'lam."

No comments:

Post a Comment