Ini adalah kisah seorang laki-laki yang kehilangan untanya di tanah yang sunyi lagi sepi. Lalu dia tidur, tapi tiba-tiba unta itu sudah berdiri di depan matanya. Karena bahagianya dia berucap, "Kamu adalah tuhanku dan aku adalah hambamu." Rasulullah telah menyampaikan bahwa Allah lebih berbahagia terhadap taubat seorang hamba daripada orang dengan untanya yang kembali ditemukan ini
NASH HADIS
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Samak berkata bahwa Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang membawa makanan dan minumannya di atas punggung unta, kemudian dia berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi, datanglah waktu untuk qoilulah (tidur siang). Dia turun dan ber-qoilulah di bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya. Dia terbangun lalu berjalan beberapa jarak, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa jarak untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia sedang duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga ia menjatuhkan tali kekangnya di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat seorang hamba daripada orang ini ketika dia menemukan untanya."
Samak berkata, "Sya'bi mengklaim bahwa Nu'man menyandarkan hadis ini kepada Nabi. Adapun aku tidak mendengarnya."
TAKHRIJ HADIS
Hadis dengan lafazh ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Nu'man bin Basyir dalam Kitabud Da’awat, bab dorongan taubat, 4/2103, no. 2745.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud secara marfu’ dalam Kitabud Da’awat, bab taubat, 11/102, no. 6308.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabut Taubah, bab anjuran bertaubat, 4/2103, no. 2744. Muslim juga meriwayatkannya dari Barra' bin Azib dan Anas bin Malik.
PENJELASAN HADIS
Ini adalah kisah seorang laki-laki di mana Rasulullah Menjadikannya sebagai perumpamaan terhadap kebahagiaan Tuhan dengan taubat hamba-Nya. Kisah laki-laki ini terjadi ketika dia melakukan perjalanan sendirian dengan bekal makanan dan minuman di atas punggung untanya. Dia berangkat membelah daratan untuk sampai di tempat tujuannya. Riwayat-riwayat hadis menunjukkan bahwa yang bisa melewati daratan ini dengan selamat hanyalah orang yang telah mengenal seluk-beluk dan liku-liku jalannya. Laki-laki ini membawa bekal makanan dan air yang cukup bagi musafir selama dia harus membelah daratan itu. Hadis-hadis menerangkan bahwa daratan ini adalah daratan yang sepi, tanpa tumbuh-tumbuhan, sunyi dan mencelakakan, karena tidak berair dan bermakanan.
Di tengah hari laki-laki musafir ini melihat sebatang pohon di daratan itu. Dia sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat di bawahnya. Tidur siang hari memang digemari oleh banyak orang, lebih-lebih orang yang sedang kelelahan seperti musafir ini.
Begitu dia menutup kedua matanya, untanya lalu menghilang. Ketika dia bangun dia tidak melihatnya. Dia sangat terkejut, bukan karena rugi unta dan makanan. Itu adalah urusan yang mudah. Akan tetapi, hilangnya unta di daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia berlari ke sana-kemari untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya.
Dia kembali ke tempat semula dalam keadaan lelah dan haus. Karena lelahnya dia pun kembali tertidur. Ketika dia bangun, dia menemukan untanya sudah di depan matanya. Dia sangat bahagia dengan kebahagiaan seperti orang yang selamat dari kematian. Karena bahagianya dia salah berucap kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu." Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat hadis.
Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada orang yang menemukan kembali untanya di daratan yang mematikan tersebut, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Samak berkata bahwa Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang membawa makanan dan minumannya di atas punggung unta, kemudian dia berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi, datanglah waktu untuk qoilulah (tidur siang). Dia turun dan ber-qoilulah di bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya. Dia terbangun lalu berjalan beberapa jarak, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa jarak untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia sedang duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga ia menjatuhkan tali kekangnya di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat seorang hamba daripada orang ini ketika dia menemukan untanya."
Samak berkata, "Sya'bi mengklaim bahwa Nu'man menyandarkan hadis ini kepada Nabi. Adapun aku tidak mendengarnya."
TAKHRIJ HADIS
Hadis dengan lafazh ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Nu'man bin Basyir dalam Kitabud Da’awat, bab dorongan taubat, 4/2103, no. 2745.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud secara marfu’ dalam Kitabud Da’awat, bab taubat, 11/102, no. 6308.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabut Taubah, bab anjuran bertaubat, 4/2103, no. 2744. Muslim juga meriwayatkannya dari Barra' bin Azib dan Anas bin Malik.
PENJELASAN HADIS
Ini adalah kisah seorang laki-laki di mana Rasulullah Menjadikannya sebagai perumpamaan terhadap kebahagiaan Tuhan dengan taubat hamba-Nya. Kisah laki-laki ini terjadi ketika dia melakukan perjalanan sendirian dengan bekal makanan dan minuman di atas punggung untanya. Dia berangkat membelah daratan untuk sampai di tempat tujuannya. Riwayat-riwayat hadis menunjukkan bahwa yang bisa melewati daratan ini dengan selamat hanyalah orang yang telah mengenal seluk-beluk dan liku-liku jalannya. Laki-laki ini membawa bekal makanan dan air yang cukup bagi musafir selama dia harus membelah daratan itu. Hadis-hadis menerangkan bahwa daratan ini adalah daratan yang sepi, tanpa tumbuh-tumbuhan, sunyi dan mencelakakan, karena tidak berair dan bermakanan.
Di tengah hari laki-laki musafir ini melihat sebatang pohon di daratan itu. Dia sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat di bawahnya. Tidur siang hari memang digemari oleh banyak orang, lebih-lebih orang yang sedang kelelahan seperti musafir ini.
Begitu dia menutup kedua matanya, untanya lalu menghilang. Ketika dia bangun dia tidak melihatnya. Dia sangat terkejut, bukan karena rugi unta dan makanan. Itu adalah urusan yang mudah. Akan tetapi, hilangnya unta di daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia berlari ke sana-kemari untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya.
Dia kembali ke tempat semula dalam keadaan lelah dan haus. Karena lelahnya dia pun kembali tertidur. Ketika dia bangun, dia menemukan untanya sudah di depan matanya. Dia sangat bahagia dengan kebahagiaan seperti orang yang selamat dari kematian. Karena bahagianya dia salah berucap kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu." Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat hadis.
Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada orang yang menemukan kembali untanya di daratan yang mematikan tersebut, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
- Keutamaan taubat. Taubat menjadikan Allah ridha. Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada laki-laki yang menemukan untanya di daratan yang mematikan tersebut.
- Menetapkan sifat farah (berbahagia) bagi Allah. Bahagianya Allah adalah sifat yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak disamakan dengan bahagianya makhluk. Ini berpijak kepada firman Allah, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)
- Kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Dia mengembalikan unta laki-laki ini setelah dia berputus asa darinya.
- Hendaknya seseorang berhati-hati. Seandainya laki-laki ini mengikat untanya, maka apa yang terjadi padanya tidak akan terjadi.
- Allah tidak menyalahkan orang yang dikuasai oleh emosi yang berlebihan dan kehilangan kemampuan berpikir karena takut atau senang atau marah, lalu dia mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya, sebagaimana Allah tidak menyalahkan laki-laki ini atas ucapan yang dikatakannya. Seandainya dia bermaksud mengucapkan hal itu, niscaya dia telah kufur kepada Allah.
- Boleh seseorang menceritakan ucapan orang lain yang salah, seperti Rasulullah yang menceritakan ucapan laki-laki ini dan sebagaimana Al-Qur'an menyampaikan ucapan orang-orang yang mengatakan kekufuran. Seperti ucapan mereka, "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya." (QS. Ali Imran: 181) Dan ucapan mereka, "Tangan Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan mereka itu dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu." (QS. Al-Maidah: 64)
Sumber:
KISAH-KISAH SHAHIH DALAM AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH, Karya Syaikh ‘Umar Sulaiman al-‘Asyqor
KISAH-KISAH SHAHIH DALAM AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH, Karya Syaikh ‘Umar Sulaiman al-‘Asyqor
No comments:
Post a Comment