"Selalu menangis karena takut kepada Allah Azza Wa Jalla."
”Mahasuci Allah, apakah aku harus melarangnya padahal ia menangis karena Allah?Kalau itu kulakukan, tentu aku menjadi penasehat paling buruk...(Abdul Wahid bin Zaid Rah.a)
”Mahasuci Allah, apakah aku harus melarangnya padahal ia menangis karena Allah?Kalau itu kulakukan, tentu aku menjadi penasehat paling buruk...(Abdul Wahid bin Zaid Rah.a)
Ia seorang tabi’in yang zuhud, khusyuk beribadah dan takut pada Allah. Tak jarang ketika beribadah, ia menangis karena takut pada azab Allah. Suatu malam ia menginap dirumah salah seorang temannya. Ia menangis keras sejak tengah malam sampai shubuh. Temannya itu menuturkan, “hatiku terguncang pada malam ini karena tangismu. Kenapa engkau menangis wahai saudaraku?”
Utbah bin Ghulam menjawab,”Demi Allah, aku ingat hari pertemuan dengan Allah.”Setelah berkata demikian, tubuh Utbah miring dan hampir jatuh.
Temannya kembali menuturkan,”Aku mendekap tubuh Utbah. Kulihat kedua matanya berkedip-kedip memerah. Lalu kupanggil dia.”
Utbah menjawab,”Ingat hari pertemuan dengan Allah itu memutuskan anggota tubuh para pecinta Allah.” Utbah terus berkata seperti itu. Lalu ia menangis tersedu-sedu.
Dikisahkan, Utbah pernah menangis dimajelis gurunya, Abdul Wahid bin Zaid selama sembilan tahun. Jika gurunya memulai menasehati, Utbah menangis sampai sang guru selesai.
Orang-orang pernah meminta Abdul Wahid untuk menghentikan tangis Utbah karena merasa terganggu. Tapi karena Abdul Wahid juga termasuk orang yang biasa menangis karena Allah, ia pun berkata,”Mahasuci Allah, apakah aku harus melarangnya padahal ia menangis karena Allah?Kalau itu kulakukan, tentu aku menjadi penasehat paling buruk
Kebiasaan Utbah tidak mengherankan. Gurunya sendiri, Abu Ubaidah al-Bashri yang dikenal dengan Abdul Wahid adalah seorang tabi’in yang zuhud. Selain itu, ia juga dikenal seorang penasehat penguasa. Ia tidak segan-segan menasehati kepada para pejabat. Ia tidak takut kepada mereka. Abdul Wahid juga dikenal dengan kekhusyukannya dalam berdoa. Saat mendengarkan nasehat atau memberi nasehat, ia biasanya menangis.
Salah seorang sahabatnya berkata,”Abdul Wahid bin Zaid duduk disampingku saat kami berada di tempat Malik bin Dinar. Aku tidak memahami nasihat Malik bin Dinar karena tangis Abdul Wahid bin Zaid.”
Suatu hari, Abdul Wahid bin Zaid pernah berceramah,”saudara-saudaraku! Kenapa kalian tidak menangis karena takut Neraka?ketahuilah, siapa menangis karena takut neraka, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka. Saudara-saudaraku, kenapa kalian tidak menangis karena takut kedahsyatan dahaga hari kiamat? Saudara-saudaraku, kenapa kalian tidak menangis?Menangislah di atas air dingin di hari-hari dunia. Semoga air dingin itu kelak diberikan kepadamu bersama orang-orang terdahulu, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, syuhada’ dan orang-orang shalih. Sungguh mereka teman paling baik.” Usai berkata demikian, Abdul Wahid bin Zaid menangis sejadi-jadinya.
Sumber: 101 Kisah Tabi'in
Utbah bin Ghulam menjawab,”Demi Allah, aku ingat hari pertemuan dengan Allah.”Setelah berkata demikian, tubuh Utbah miring dan hampir jatuh.
Temannya kembali menuturkan,”Aku mendekap tubuh Utbah. Kulihat kedua matanya berkedip-kedip memerah. Lalu kupanggil dia.”
Utbah menjawab,”Ingat hari pertemuan dengan Allah itu memutuskan anggota tubuh para pecinta Allah.” Utbah terus berkata seperti itu. Lalu ia menangis tersedu-sedu.
Dikisahkan, Utbah pernah menangis dimajelis gurunya, Abdul Wahid bin Zaid selama sembilan tahun. Jika gurunya memulai menasehati, Utbah menangis sampai sang guru selesai.
Orang-orang pernah meminta Abdul Wahid untuk menghentikan tangis Utbah karena merasa terganggu. Tapi karena Abdul Wahid juga termasuk orang yang biasa menangis karena Allah, ia pun berkata,”Mahasuci Allah, apakah aku harus melarangnya padahal ia menangis karena Allah?Kalau itu kulakukan, tentu aku menjadi penasehat paling buruk
Kebiasaan Utbah tidak mengherankan. Gurunya sendiri, Abu Ubaidah al-Bashri yang dikenal dengan Abdul Wahid adalah seorang tabi’in yang zuhud. Selain itu, ia juga dikenal seorang penasehat penguasa. Ia tidak segan-segan menasehati kepada para pejabat. Ia tidak takut kepada mereka. Abdul Wahid juga dikenal dengan kekhusyukannya dalam berdoa. Saat mendengarkan nasehat atau memberi nasehat, ia biasanya menangis.
Salah seorang sahabatnya berkata,”Abdul Wahid bin Zaid duduk disampingku saat kami berada di tempat Malik bin Dinar. Aku tidak memahami nasihat Malik bin Dinar karena tangis Abdul Wahid bin Zaid.”
Suatu hari, Abdul Wahid bin Zaid pernah berceramah,”saudara-saudaraku! Kenapa kalian tidak menangis karena takut Neraka?ketahuilah, siapa menangis karena takut neraka, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka. Saudara-saudaraku, kenapa kalian tidak menangis karena takut kedahsyatan dahaga hari kiamat? Saudara-saudaraku, kenapa kalian tidak menangis?Menangislah di atas air dingin di hari-hari dunia. Semoga air dingin itu kelak diberikan kepadamu bersama orang-orang terdahulu, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, syuhada’ dan orang-orang shalih. Sungguh mereka teman paling baik.” Usai berkata demikian, Abdul Wahid bin Zaid menangis sejadi-jadinya.
Sumber: 101 Kisah Tabi'in
No comments:
Post a Comment